Support Online

Photobucket
Memberi Informasi Online. Diberdayakan oleh Blogger.

Minggu, 01 Juli 2012

Indonesia Terkena Dampak Krisis Eropa

Indonesia dinilai banyak mendapat apresiasi karena melakukan langkah nyata, seperti mengurangi emisi sebesar 26%  sebelum 2020 dan menetapkan moratorium izin usaha lahan gambut dan hutan primer.
Jakarta–Perekonomian dunia belum menunjukkan tanda-tanda membaik akibat krisis di Zona Euro yang masih penuh ketidakpastian. Indonesia ikut terkena dampaknya, hal ini terlihat dari angka pertumbuhan ekonomi kuartal pertama 2012 sebesar 6,3%, sedikit lebih rendah dari yang diharapkan.
Demikian disampaikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, saat rapat paripurna kabinet di Kantor Presiden, Jakarta, Kamis, 28 Juni 2012. Dalam rapat ini Presiden juga menjelaskan hasil-hasil KTT G20, KTT Rio+20, dan kunjungan kenegaraan ke Ekuador, pekan lalu.
“Pertumbuhan ekonomi kita kuartal pertama 2012 sebesar 6,3%. Angka ini sedikit lebih rendah dari yang diharapkan karena ekspor sudah mulai menurun,” tambah SBY, seperti dikutip dari website presidensby.info.
Angka pertumbuhan ini, lanjutnya, masih lebih bagus dibanding dengan negara berkembang lainnya, seperti RRT, Brasil, dan India.
Sementara itu, pada KTT G20 Los Cabos, Meksiko, pekan lalu, soal pertumbuhan ekonomi dunia ini dibahas serius. Para pemimpin dunia sepakat perlunya kerja sama internasional untuk mengatasi krisis di Zona Euro dengan cepat dan tepat agar tidak berimbas kemana-mana.
“Di sisi lain, kita ingin meningkatkan semua yang bisa kita lakukan ke arah yang positif,” tegas SBY.
Empat agenda dibahas di Los Cabos, Meksiko. Pertama, tekad untuk terus menjaga pertumbuhan ekonomi dunia yang kuat, berimbang, dan berkelanjutan. Kedua, upaya stabilisasi keuangan dunia, termasuk pentingnya financial inclusion. Ketiga, isu-isu pembangungan, termasuk infrastuktur dan ketahanan pangan. Keempat, isu perdagangan yang dikaitkan dengan pembukaan lapangan kerja dan pertumbuhan.
Indonesia, kata SBY, aktif dalam disuksi-diskusi di KTT G20 tersebut. “Saya mengingatkan agar jangan sampai dunia melupakan isu pembangunan, proteksi sosial, memperkecil kesenjangan antara ekonomi negara maju dengan negara berkembang, dan hal-hal yang berkaitan dengan negara berkembang,” jelasnya.
Kesimpulannya, para pemimpin G20 menjaga pertumbuhan. Negara-negara yang sedang mengalami kesulitan diharapkan untuk melakukan langkah-langkah yang cepat. “Terutama konsensus politik yang harus segera dibangun di Zona Euro,” tambah SBY.
Sedangkan pada KTT Rio+20, dibahas upaya mencari konsensus global pasca berakhirnya Tujuan Pembangunan Milenium atau Millenium Development Golas (MDGs) 2015. Ini bukan pekerjaan mudah.
Indonesia, lanjut Presiden SBY, banyak mendapat apresiasi karena melakukan langkah nyata, seperti mengurangi emisi sebesar 26%  sebelum 2020 dan menetapkan moratorium izin usaha lahan gambut dan hutan primer. Disamping itu, Indonesia juga bekerja sama dengan negara-negara di kawasan dalam penyelamatan laut dan inisiator forum F11.
Atas pengakuan itu, Presiden mengajak semua jajaran melakukannya dengan sungguh-sungguh. “Tidak boleh ada masalah atau kemunduran karena itu sudah menjadi tekad kita, dan dunia mendukungnya,” tegas Presiden.
Presiden juga meminta kita perlu melakukan percepatan pencapaian sasaran MDGs. “Masih tiga tahun lagi. Kita tidak boleh begitu saja mengenyampingkan MDGs. Seraya melakukan percepatan pencapaian sasaran, harus ada evaluasi yang utuh terhadap MDGs itu. Hampir pasti ada yang dicapai oleh negara-negara di dunia, hampir pasti pula ada sasaran yang tidak bisa dicapai, dan kita harus evaluasi kenapa,” jelas SBY.

Sumber : http://www.infobanknews.com

ads

Ditulis Oleh : Admin Hari: 22.54 Kategori:

0 komentar:

Posting Komentar

 

Info Site